Kamis, 27 Desember 2012

SEJARAH RINGKAS SEMINARI ST. FRANSISKUS XAVERIUS KAKASKASEN (Bagian I)

(Ditulis Kembali dari Buku “Memoria Nostra: Ad Maiorem Dei Gloriam”.
Dan Dipersembahkan khusus untuk Para Alumni Seminari St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen)

 

AWALNYA
Awal kisahnya, Pastor Croonen adalah penjaga dan Pembina asrama H.I.S (Sekolah Pribumi yang berbahasa belanda) yang didirikan sejak 1 juni 1922. Dari antara murid-murid H.I.S ini beliau menemukan seorang yang pada hematnya dapat dibimbing kea rah imamat. Namun calon tersebut meninggal dunia karena jatuh dari pohon semasa liburnya. Peristiwa ini tidak membuat Pastor Croonen berputus asa. Dorongan dan desakan dari pihak Roma untuk mendirikan seminari-seminari membuat Pastor Croonen berusaha memperbincangkannya terus dengan yang mulia Prefek Apostolik Mgr. W. Panis. Hasilnya kepada Pastor Croonen-lah yang mulia Mgr. W. Panis mempercayakan usaha untuk memulaikan seminari dan serentak mengangkat beliau menjadi direktur seminari pertama. Segera sesudah pengangkatan itu mulailah Pastor Croonen mencari murid-murid seminari yang pertama. Dengan amat teliti murid-murid tersebut dipilihnya. Akhirnya, Gedung seminari pertama diberkati pada tanggal 16 Januari 1928 di Woloan (Kota Tomohon) dengan dihadiri oleh para pastor dan bruder.
SEMINARI PERTAMA
            Gedung seminari yang pertama ialah gedung Kweekschool yang pada waktu itu sudah menjadi Normaatschool (Sekolah Pendidikan Guru). Gedung tersebut sebenarnya sudah tidak layak lagi dipakai, namun tidak ada tempat lain. tingkatan kelas seminari direncanakan untuk mulai dengan Probatorium (tingkat persiapan) dan dilanjutkan dengan kelas Sexta, Quinta, Quarta, Tertia, Poesis dan Rhetorica. Mengingat kekurangan tenaga pengajar, maka penerimaan murid hanya dilaksanakan setiap jangka waktu dua tahun. Pada bulan agustus 1929, mulailah seminari dengan murid-muridnya yang pertama. Karena tingkat pengetahuan para murid ini dianggap cukup maka mereka langsung dapat duduk di tingkat Sexta. Dan sejak waktu itu pelajaran di seminari dapat berlangsung. Dalam bulan Desember 1933, didirikanlah akademi Albertina yang merupakan salah satu cara peningkatan ilmu pengetahuan para seminaris. Tahun 1934-1935 adalah merupakan tahun untuk tingkat Rhetorica yang pertama. Dengan adanya tingkat Rhetorica ini sebagai tingkat terakhir pendidikan di seminari menengah, muncullah persoalan yang baru :”Bagaimana nasib mereka kemudian? Dimanakah mereka harus melanjutkan studi filsafatnya?” Persoalan ini akhirnya terjawab dengan penyewaan rumah keluarga Boseke untuk waktu satu tahun. Di rumah ini tahun filsafat untuk para Rhetorica yang sudah tamat mulai dan rektornya yang pertama adalah Pastor C. De Bruyn, MSC.
Gambar Seminaris Zaman Dulu (Sumber: Arsip Foto Pst. Zepto Polii)

(Bersambung...)
Related Articles

Tidak ada komentar:

Posting Komentar